Kondisi Kelistrikan di Aceh



Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut - Aceh dan sub-sistem isolated dengan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 70% dari sistem kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi 150 kV Sumbagut dan sisanya 30% dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. 

Saat ini daerah yang sudah dipasok sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai Timur Provinsi Aceh melalui 7 gardu induk yang terletak di Kabupaten/Kota; Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireuen, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan posisi pembangkit sebagian besar berada di Sumut. Peta sistem kelistrikan Provinsi Aceh ditunjukkan pada Gambar dibawah. Seluruh wilayah pantai Barat dan Tengah Aceh serta kepulauannya masih dipasok oleh PLTD berbahan bakar HSD melalui sistem kelistrikan 20 kV.

 Peta Sistem Kelistrikan dan Kapasitas Pembangkit Eksisting Provinsi Aceh 

Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan pemadaman karena jumlah kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak mempunyai cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam skala besar bisa terjadi apabila ada gangguan pada jaringan transmisi atau ganggguan (atau pemeliharaan) pada unit pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan sewa genset sebesar 165 MW di 8 lokasi. Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulu terdapat sewa genset dengan kapasitas total 72 MW untuk mengatasi defisit pada sistem isolated tersebut. Kapasitas terpasang ketujuh GI di Provinsi Aceh adalah 480 MVA, rincian kapasitas pembangkit dan GI Provinsi Aceh masing-masing seperti ditunjukkan pada Tabel dibawah ini.

Kapasitas 
Kapasitas Pembangkit ListriEksisting di Aceh

Beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Aceh yang telah mencapai sekitar 350 MW (beban puncak sistem interkoneksi sekitar 258 MW) sebagian besar dipasok dari pembangkit-pembangkit yang berada di Provinsi Sumut melalui transmisi 150 kV Pangkalan Brandan – Langsa – Idie – hingga ke Banda Aceh dengan transfer daya rata-rata 240 MW dan sistem isolated tersebar rata-rata 92 MW.
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI PROVINSI ACEH

Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal tersebut sangat terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tsunami yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh - Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian membaik setelah penandatanganan MOU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM pun menjadi awal penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di sektor ekonomi dan keamanan ini memberikan konstribusi langsung kepada pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penjualan pada tahun 2012 tumbuh hinggga 11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh sekitar 10%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga naik dari 343 MW pada tahun 2012 menjadi 350 MW pada tahun 2014.

Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 8% per tahun, dimana penjualan pada tahun 2008 sebesar 1.149,70 GWh telah meningkat menjadi 1.755 GWh pada tahun 2012. 
Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan
Dari realisasi pengusahaan lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2015 – 2024 diberikan pada Tabel dibawah ini.


PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi, dan distribusi dengan memperhatikan potensi energi primer setempat. Potensi sumber energi di Provinsi Aceh tersedia cukup besar,  yaitu panas bumi 589 MW, tenaga air 1.482 MW, dan cadangan batubara 1,7 Miliar Ton. Peta potensi sumber energi diperlihatkan pada Gambar A1.2. Disamping itu pada tahun 2015 direncanakan PERTAMINA akan membuat FSRU LNG di daerah Arun beserta pipa gas dari Arun sampai ke Kota Medan. Gas tersebut akan digunakan untuk pembangkit-pembangkit gas di Provinsi Aceh serta di Kota Medan.

Peta Sumber Energi di Provinsi Aceh


Pengembangan Pembangkit di Provinsi Aceh

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2024 diperlukan pembangunan pusat pembangkit dalam wilayah Provinsi Aceh dengan daya sebesar 2.062 MW dengan rincian diberikan pada dibawah ini. Beroperasinya PLTU Meulaboh  2x110 MW ditahun 2014, akan sangat membantu untuk memperbaiki kehandalan sistem kelistrikan Aceh, bahkan dapat mentransfer daya ke sistem SUMUT sampai 250 MW.


Rencana Pengembangan Pembangkit di Provinsi Aceh

Saat pembangkit besar lainnya yang sedang dibangun adalah PLTMG Arun peaker dengan kapasitas 200 MW, menggunakan bahan bakar Gas yang berasal dari FSRU Arun. Selain itu juga direncanakan di sistem Sabang, akan ditambah PLTMG dual fuel dengan kapasitas 4 MW.

Untuk penyediaan listrik jangka panjang dan sekaligus memperbaiki biaya pokok penyediaan listrik baik di sistem interkoneksi akan dibangun PLTU Meulaboh #3 dan #4 (400 MW) dan untuk sistem isolated direncanakan dibangun beberapa pembangkit PLTMH.

Comments